Oleh: Wahyu Rizki Inandi
Festival Bangsal Menggawe 2024 berbeda dari tahun sebelumnya. Rangkaian kegiatannya akan benyak dan menarik. Tema yang diangkat pada tahun ini adalah “Montase air.” Karena melihat isu air yang semakin hangat di Lombok Utara. Selain itu juga, siklus air yang terus berputar menjadi representasi kerja bagi warga yang tanpa henti. Senangnya, setiap tahun Bangsal Menggawe juga bukan dinanti-nanti oleh Masyarakat pemenang dan Lombok utara. Karena ini merupakan festival rakyat dalam rangka mengeksplorasi potensi-potensi lokal yang selama ini tidak muncul dipermukaan.
Salah satu Agenda Bangsal Menggawe tahun ini ialah bermalam di bukit dan Menyusuri Sungai dari hulu ke hilir yang bertempat di dusun Kerujuk. Secara geografis dusun Kerujuk berada di bukit bagian sebelah barat Lombok Utara. Selain dihiasi berbagai keindahan alam, Kerujuk juga memiliki sungai yang masih terjaga keasriannya. Sehingga air melimpah ruah disana dan selalu tercukupi ketika musim kemarau datang
***
Dari Pasirputih, Kami berangkat sekitar jam 16.00 Wita. Sebelum itu Seniman dan teman seniman berkumpul setengah jam sebelum berangkat. Kami berangkat dengan pembacaan doa bersama yang di pimpin langsung oleh Direktur Pasirputih Ghozali. Menyatukan tangan seraya menyatukan semangat dengan berteriak Bangsal Menggawe (Montase Air!). Sesampainya di gerbang masuk Kerujuk kami disambut hangat dengan perbukitan yang hijau nan asri, suara sungai, angin membuat kami terpesona dengan keindahan alam Kerujuk.
Setelah kurang lebih menempuh waktu sekitar 30 menit, kami tiba di pondok Pak Idris. Pak Idris adalah ketua KTH Mekarsari sekaligus menjadi penggerak petani yang ada di kerujuk. Selain pak Idris ada juga Agus, Ayat dan para petani lainnya yang menunggu kami. Sambutan hangatpun keluar ketika kami sampai disana dengan senyum dan keramahan yang terpancar dari raut wajahnya. Setelah bersalaman dan kenalan dengan pak Idris dan para petani, kami di ajak untuk menyusuri bagian bawah bukit. Perjalan kami saya anggap sangat menarik karena di samping kami berjalan Pak Idris selalu bercerita dan memberikan kami ilmu pengetahuan terkait hal-hal dan pengalamannya selama menjadi petani disana.
Matahari semakin meredup terhalang oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi. Pak Idris selaku tour guide mengajak kami kembali ke pondok dengan rute yang berbeda yakni sungai Kerujuk. Kamipun sampai di pondok kemalaman karena terpesona melihat suasana keindahan alam. Karena para seniman disepanjang perjalanan yang dari berbagai latar belakang mencoba merekam dengan imajinasinya masing-masing. Sigisora yang diwakili oleh Walay, Luber dan Helmi dalam perjalan mereka selalu merekam bebunyian yang menurut mereka penting untuk di arsipkan, Alam Kundam dan Wawan (Muara suara) merekam perjalanannya dengan membuat video selama perjalanan dan membuat vlog-vlog ditempat – tempat yang menurut mereka menarik, ada juga Baron disela-sela istirahat ia selalu merekam tempat-tempat dengan pena pensil dan buku yang selalu ia bawa. Begitupun dengan seniman-seniman yang lainnya mengekspresikan impresinya dengan cara berbeda-beda.
Setelah sampai kami beristirahat sembari sholat dan mandi, disamping itu juga Rudi,Andan, Nisak dkk teman seniman mempersiapkan makan malam dengan menu ayam bakar. Keseruan dan keasyikan kami disana membuat malam semakin ternodai essensi kesunyiannya. Tak terasa, makan malam sudah matang Agus salah satu petani disana menyiapkan kami 5 daun pisang panjang sebagai wadah makan bersama, kami warga di Lokal sering menyebutnya dengan “mengkela”.setelah makan kami bersiap sholat Isya dan memakai pakaian yang hangat untuk melawan dinginnya bukit kerujuk.
Tak lama Kak Siba Kurator Bangsal Menggawe 2024 memanggil kami untuk berkumpul di pondok pak Idris. Karena, malam itu akan ada agenda Ngobrol bersama para petani disana. Kak Siba membuka sesi ngobrol itu dengan sedikit menyinggung terkait kedatangan kami kesana, kemudian memantik pertanyaan-pertanyaan kepada pak Idris mulai dari sejarah dibuka lahan, terbentuknya KTH Mekarsari, jenis tanaman, tumbuhan yang ditanam di lahan para petani dan menanyakan ritual-ritual yang dilakukan para petani. Pak Idris memberikan jawaban dengan jelas dan lugas dengan penuh semangat. Tak hanya itu beliau juga menyelipkan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW untuk menguatkan lagi perkataan demi perkataan yang dilontarkan. Interaksi antara pak Idris dan senimanpun cukup aktif mereka menanyakan hal-hal yang mengisi dan menghantui kepalanya masing – masing. Setelah Diskusi di tutup sebagian seniman malah semakin menguatkan tempat duduknya untuk ngobrol bebas dan saling bertukar pikiran dengan pak Idris.
Keesokan harinya sekitar jam 09.15 WITA setelah sarapan dan bersih-bersih kami berangkat menyusuri sungai seraya berjalan pulang ke Pasirputih. Penelusuran kami kali ini kami mulai dari dusun jeruk manis tembus dengan muara Telok Kombal. Di tengah perjalanan kami berhenti di rumah bapak Kepala Desa Pemenang Barat Pak Asma’at kebetulan rumah beliau satu jalur penelusuran kami. Tepat di depan rumah pak kades ada sungai yang di aliri oleh dua sungai besar yakni sungai Kerujuk dan sungai bentek. Tampak berbeda jelas antara air sungai yang ada di bagian hulu mulai dari warna air yang berbeda, banyak sampah di tepi sungai, warga mengambil pasir, batu untuk dijual. Sehingga ekosistem di bagian hilir tidak baik-baik saja, pak kades juga memberikan kami informasi terkait sungai sebagai tambahan pengetahuan dan referensi untuk para seniman maupun teman seniman. Titik terakhir kami yakni Muara Telok Kombal. Muara ini selain sebagai tempat rekreasi banyak warga juga yang memancing di lokasi tersebut. Tempat ini memang sering terjadi banjir Rob karena muara ini lebih dangkal dari Bibir pantainya.
Tentang Penulis
Biografi Wahyu Rizki Inandi (Wahyu)
Wahyu Rizki Inandi (Wahyu) lahir di Dusun Gol pada tahun 2002. Mahasiswa aktif Program Studi PGSD di STKIP Hamzar Lombok Utara, semester 6. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi PGSD 2023/2024. Pada tahum 2024 ia memimpin program Kemah Remaja Be Young Art Camp yang diadakan oleh PasirPutih, Ia terlibat sebagai peserta pada Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dan aktif di berbagai Kegiatan yang diinisiasi oleh Pasirputih sejak 1 tahun yang lalu.