Skip to main content

Pelabubuhan, Ia sebagaimana mestinya adalah tempat persinggahan. Tempat orang-orang berangkat pergi atau pulang kembali. Demikian dengan pelabuhan Bangsal sebuah titik dimana orang-orang akan pergi menuju tiga Gili, Pulau Bali atau destinasi wisata lainnya serta ia menjadi titik balik orang-orang yang pulang kembali.

Hari ini aku akan pergi ke Bangsal untuk melakukan observasi. Karena dari proses Lokakarya Berajahaksara yang aku ikuti sejak seminggu yang lalu mengantarkanku kepada sebuah proses turun ke lapangan melakukan praktik pengindraan. Pengindraan yang dimaksud adalah melakukan observasi sederhana tentang pelabuhan Bangsal, mengamati segala aktivitas yang terjadi.  Ini adalah kali ke tiga aku menuju ke Bangsal. Saat sebelumnya aku mendatangi Bangsal untuk mengantar temanku yang hendak ke Gili Trawangan.

Para wistawan yang baru datang dari Gili

 Saat matahari merangkat sepenggal di ufuk timur. Saat orang-orang mulai sibuk berangkat bekerja. Akupun mulai bersiap-siap. Aku mulai menyalakan motor vario warna hitamku, teman akrab yang selalu setia mengantarku kemanapun aku pergi. Lalu akupun berpamitan kepada kedua orang tuaku. Akupun berangkat dengan Nisak. Temanku yang juga menjadi partisipan Berajahaksara.

Sesampai kami di Bangsal mataku langsung tertuju pada orang-orang yang hilir mudik, di area bangsal tersebut. Setelah memarkir motor, aku dan nisak mulai menyusuri area bangsal. Kami terlebih dahulu berjalan ke arah barat. Aku melihat ada berbagai macam pedagang asongan. Seperti dagang cilok, es, sempol, telur lilit dan ada juga beberapa pedagang topi, pernak pernik, syal yang biasanya dibutuhkan oleh para turis untuk melindungi kepalanya dari terik matahari Gili Trawangan. Saat itu aku juga melihat orang-orang yang sedang membeli tiket penyebrangan ke Gili. Menurut informasi yang kami dapat, bahwa harga tiket menuju ke Gili Trawangan dan Gili Meno seharga 23.000 ribu rupiah. Sedangkan harga tiket menuju ke Gili Air seharga 18.000 ribu rupiah.

Publik yang berangkat menuju Gili

Biasanya penyebrangan yang dilakukan ke tiga Gili itu berbeda-beda. Penyebrangan yang dilakukan ke Gili Trawangan dimulai sejak pukul 08:00 WITA sampai dengan 17:00 dengan jarak antri 1 jam sekali. Hal tersebut berlaku bagi public boat sebuah penyebrangan yang biasanya digunakan oleh masyarakat lokal. Sementara, penyebrangan yang dilakukan ke Gili Meno lebih sedikit dibandingkan Gili Trawangan kendati Gili Trawangan merupakan primadona dari tiga Gili. Sedangkan penyebrangan ke Gili Air memiliki intensitas yang sedikit lebih rendah dibandingkan Gili Trawangan, karena Gili Air masih lebih ramai dibanding Gili Meno.

Dipelabuhan Bangsal terdapat fast boat yang mengantar orang-orang menuju tiga Gili, Bali dan beberapa wisata di Indonesia Timur. Seperti ke Flores, Labuan Bajo dan yang lainnya. Penyebrangan menggunakan fast boat ini relative lebih mahal karena jarak tempuhnya lebih cepat dan lebih aman. Harga yang ditawarkan juga lebih mahal berkisar antara 250.000 ribu rupiah sampai dengan 790.000 ribu rupiah tergantung dari paket perjalanan yang di pilih.

Tempat parkiran Fast Boat

Terdapat berbagai macam jasa fast boat yang tersedia di Bangsal, seperti manta ekspres, eka jaya, seastar dan lain sebagainya. Di Bangsal, aku juga sempat berbincang dengan sopir travel yang biasanya mengantar jemput penumpang yang datang ataupun pergi dari Bangsal. Aku melihat banyak mobil-mobil yang terparkir di area pelabuhan ini. Sepertinya sebagian besar dari mobil-mobil tersebut adalah pengusaha dari jasa travel sebab beberapa dari sopir tengah menawarkan kepada kami jasa tumpangannya. Kami sempat bertanya kepada bapak sopir tersebut tentang berapa ongkos yang harus di bayarkan ketika menggunakan jasanya. Bapak itu menjawab tergantung tujuan. Ia menjelaskan kepada kami bahwa ongkos yang harus dibayarkan dari Bangsal ke Bandara sejumlah 350.000 ribu rupiah dengan jarak tempuh 2 jam dan membayar sejumlah 200.000 ribu rupiah jika dari Bangsal ke Senaru sebuah waterfall di Lombok Utara.

Wisatawan yang akan berangkat ke Gili

Sebelum pulang, kami sempat berjalan-jalan ke dermaga melihat hilir mudik orang-orang yang datang atau yang pergi meninggalkan Bangsal. Bangsal menjadi tempat yang sibuk, mobilitas orang-orang begitu tinggi. Pantas saja Bangsal menjadi tempat bagi warga untuk mencari nafkah dengan berbagai jenis pekerjaan yang ada. Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan menuju Pasir putih.  

TENTANG PENULIS

Fatia Lestari

Fatia LestariKerap di panggil fatia atau tia, lahir di dusun karang pendagi desa Gondang pada tanggal 08 Oktober 2003. Fatia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Ia salah satu mahasiswa STKIP Hamzar Lombok Utara yang mengambil jurusan PGSD. Fatia merupakan lulusan dari MA Darul Iman NWDI Bentek. Selain itu, ia juga mengikuti organisasi, yakni HMPS PGSD dan HIMMAH NWDI.