Oleh: Iwan Wahyudi Putra
Dusun Karang Pansor merupakan salah satu lokasi residensi bagi seniman pada festival Bangsal Menggawe tahun ini., dusun Karang Pansor terletak di daerah Pemenang Barat. Karang Pansor dulunya memiliki cangkupan wilayah yang sangat luas. Akan tetapi dikarenakan terlalu padatnya penduduk di Karang Pansor maka Karang Pansor kini terbelah menjadi 2 (dua) bagian yaitu Karang Pansor dan juga Mekar Sari. Yang dimana perbatasan antara Mekar Sari dan Karang Pansor ini hanya di pisahkan oleh sebuah jalan setapak.
Pada hari Selasa Tanggal 22 Mei 2024, saya selaku teman seniman mendampingi salah seorang seniman yaitu Baron pergi ke lokasi residensi yang ada di Karang Pansor untuk menemui Pak Muzakir. Sesampainya di lokasi kamipun di sambut hangat oleh pak Muzakir. Kami banyak mendapat informasi mengenai Karang Pansor dari beliau. Muzakir bercerita bahwasannya di karang pansor terdapat masjid yang bernama masjid Jami’ul Jamaah yang dimana masjid tersebut dulunya merupakan masjid tertua. Konon ceritanya masjid tersebut dulunya merupakan hadiah dari anak agung pada zaman terdahulu, hal tersebut dibuktikan dengan adanya tiang masjid yang terdapat ukiran aksara Bali yang dimana tiang tersebut masih ada sampai saat ini.
Masjid itu disebut masjid 3 agama karena konon dulu pada saat pembangunan masjid tersebut tidak hanya orang islam saja yang ikut ambil adil dalam pembangunannya, melainkan orang hindu dan budha pun ikut serta membantu dalam pembangunan masjid tersebut. Sehingga toleransi antar umat beragama yang ada di Karang Pansor kini masih terjaga sampai saat ini dan tidak pernah terjadi keributan antara umat beragama di daerah tersebut.
Di samping mendapat informasi sedikit mengenai masjid yang ada di Karang Pansor, kami juga mendapatkan informasi mengenai kondisi air yang ada di daerah tersebut. Hampir keseluruhan warga yang ada di Karang Pansor menggunakan sumur. Dulunya di Karang Pansor kalo mau mencari sumber mata air maka warga harus mencari orang yang di hormati yang di kampung tersebut. Pada zaman dulu di Karang Pansor juga terdapat awik-awik terkait air, akan tetapi lama kelamaan terkikis karena tidak ada upaya penjagaan dengan alasan-alasan yang logis. Terdapat salah satu sumur tua yang ada di Karang Pansor bahkan bahan pembuatan dari sumur tersebut menggunakan batu yang tersusun rapi. Sumur tersebut bernama “Sumur Pansor” , sumur ini juga merupakan sumur paling ramai dikunjungi oleh banyak orang pada masanya, karena air sumur pansor ini dulunya dipercaya dapat menyembuhkan penyakit sehingga banyak orang dari luar daerah mangambil air dari sumur tersebut untuk dijadikan obat.
Para warga dulunya selalu menggunakan sumur sebagai sumber air bersih, entah itu untuk mandi, masak, mencuci bahkan untuk minum sekalipun warga mengambil air disumur tersebut untuk langsung dikonsumsi tanpa harus dimasak terlebih dahulu. Di daerah Karang Pansor sendiri tidak pernah mengalami kekurangan air karena galian sumurnya tidak begitu dalam. Pada musim kemarau pun debit air yang ada di Karang Pansor tidak pernah berkurang. Teknologi juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan tidak terjadinya kekurangan air di Karang Pansor, dikarenakan warga bisa lebih mudah untuk mengambil air yang ada di sumur tersebut dengan menggunakan mesin penyedot air, namun para warga kini malah boros dilistrik, bahkan boros air.
Air sumur yang ada di daerah tersebut dulunya memiliki rasa yang sama dengan air mineral pada umumnya, sehingga warga tidak takut untuk mengkonsumsi air tersebut secara langsung. Akan tetapi semenjak tahun 2003 dan juga akibat dari program pembangunan 1 (satu) WC untuk satu rumah para warga kini mulai jarang untuk mengkonsumsi air sumur. Akibat dari program tersebut yang mengharuskan adanya penggalian untuk pembuangan tinja maka kini warga takut untuk mengkonsumsi air dari sumur, karena ditakutkan air sumur tersebut terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya. Namun program tersebut sama sekali tidak merubah debit air yang ada di sumur Karang Pansor, melainkan program tersebut merubah rasa air yang ada di sumur. Sehingga warga yang ada di daerah tersebut lebih memiilih untuk beralih ke air mineral kemasan untuk dikonsumsi
Tentang Penulis:
Iwan Wahyudi Putra (Iwan) lahir di TODO 5 Desember 2001. Saat ini Ia adalah mahasiswa semester 6 di perguruan tinggi (STKIP Hamzar) yang mengambil jurusan PGSD. Andan adalah lulusan SMA Negeri 2 Tanjung pada tahun 2020. Ia adalah seorang yang berkepribadian Introvert, Iwan sangat suka dalam mencoba hal-hal baru terutama yang bersifat olahraga dan juga organisasi. Sehingga ia aktif dalam organisasi HMPS PGSD yang ada di Kampusnya.