Dusun Sira merupakan dusun yang berada di pesisir pantai. Sehingga Sira kaya akan potensi pariwisata. Disamping itu pemandangan yang ditawarkan pantai Sira juga sangat indah. Matahari tenggelam dapat disaksikan di pantai sejuk sira. Matahari terbit dapat pula disaksikan di pantai indah sira yang terletak di sisi timur dusun ini. Dusun ini terdiri dari empat wilayah yakni Sira Bat (barat), Sira Lauk (utara), Sira Timuk (timur) dan Sira Daya (selatan).
Sira Lauk, Sira Bat, dan Sira Timuk lebih dekat dengan pantai namun entah bagaimana Sira Daya bisa terdampak banjir rob. Tepatnya di belakang rumah salah satu warga yakni pak ehsan, terdapat lahan yang terlihat seperti lumpur muara. Di rumah pak Ehsan lah seniman residensi Bangsal Menggawe tinggal. Robby dan Ismawan dari Komunitas Muara Suara. Seniman musik yang tentunya akan tinggal di Sira selama satu bulan dengan riset dan kekaryaan.
21 Mei 2024, Sebagai teman seniman, saya mendampingi Robby dan Ismawan menuju ke kediaman pak Ehsan. Disana menemukan Robby dan ismawan tengah berbincang dengan pak Ehsan juga dua orang teman beliau. Dalam pembicaraan santai itu kami mendapatkan beberapa informasi terkait dusun sira. Yakni di dusun ini terdapat pelabuhan alternatif yang digunakan oleh warga untuk menyebrang ke tiga gili maupun sebaliknya. Ombak belek, disebutkan sebagai lokasi pelabuhan alternatif ini. Ombak belek berada di sisi barat dusun Sira bersebelahan dengan pantai Muara Putat. Ombak belek digunakan sebagai jalur alternatif apabila kondisi cuaca di pelabuhan utama yakni bangsal tidak kondusif, misalnya angin kencang juga ombak yang telalu besar. Ombak belek digunakan sebagai pelabuhan alternatif karena kedalaman pantai ini cukup bagus untuk kapal berlabuh, ombak yang tidak terlalu besar menjadikannya layak untuk digunakan. Namun pelabuhan alternatif ini lebih sering digunakan untuk mengangkut barang yang akan di bawa ke tiga gili.
Disamping dari cerita pak Ehsan terdapat tradisi nyelametang pantai. Tradisi ini dilakukan setahun sekali biasanya saat Maulid Nabi Muhammad SAW. prosesi nyelametang pantai ini dilakukan bersama seluruh warga Sira membawa dulang atau makanan ke pantai untuk kemudian dilakukan roahan (doa bersama) yang tentunya dipandu oleh tokoh agama.
Nyelametang pantai dilakukan dengan beberapa tujuan. Pertama sebagai rasa syukur masyarakat Sira atas limpahan rahmat dari Allah SWT dan sebagai upaya mencegah hal yang tak diinginkan. Diyakini dengan berdoa bersama dan atas pertolongan dari yang maha kuasa maka segala urusan warga Sira dapat berjalan dengan baik. Tertutama bagi penduduk yang berprofesi sebagai nelayan.
Nyelametang pantai ini dilakukan bersama-sama dengan penduduk Dusun Muara Putat,yakni para nelayan penduduk muara putat melakukan musyawarah dengan penduduk nelayan dusun Sira terkait pelaksanaan nyelametang pantai ini. Yang kemudian akan dilakukan bersama-sama di pantai yang berada di pertengahan antara Muara Putat dengna Sira.
Selain itu terdapat pula pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh penduduk disana. yakni setelah dilaksanakannya prosesi nyelametang pantai para nelayan tidak boleh melaut selama satu minggu. Hal ini bukan tanpa alasan. Dikarenakan terdapat dua jenis nelayan, ada yang menggunakan jaring ada pula yang menggunakan pancing.
Nelayan yang menggunakan jaring biasanya posisi melautnya berada di tengah laut, sedangkan nelayan yang menggunakan pancing biasanya memancing di pinggiran pantai sehingga dipercaya kondisi ikan tidak stabil. Oleh karena itu waktu satu minggu itu digunakan untuk para ikan dibiarkan bebas terlebih dahulu. Agar ikan-ikan yang berada ditengah laut dapat ke pinggir juga. Sehingga setelah satu minggu menjalankan pantangan itu para nelayan akan mendapatkan ikan yang melimpah.
Tak hanya itu pak Ehsan juga bercerita bahwa apabila ada nelayan yang mempunyai perahu yang baru maka akan digelar pula acara nyelemetang perahu. Prosesnya pun tidak jauh berbeda. Terdapat acara roahan yakni doa bersama. Namun uniknya terdapat prosesi dimana ketupat (topat) digantung di perahu juga jajanan yang lainya akan memenuhi perahu.
Setelah itu perahu akan dibiarkan berlayar sejenak, yang mana kemudian masyarakat akan berenang menuju perahu tersebut untuk mengambil makanan tersebut. hal ini mengisyaratkan harapan nelayan dengan mengikhlaskan berbagi dengan masyrakat maka hasil yang di dapatkan dilaut juga akan melimpah. Sebagaimana masyarakat berenang menuju perahu seperti itu pula ikan akan berenang menuju perahu para nelayan.
Tentang Penulis
Ananda Putri (Andan) lahir di Tanjung 15 Januari 2003. Saat ini Ia adalah mahasiswa semester 5 di perguruan tinggi (STKIP Hamzar) yang mengambil jurusan PGSD. Andan adalah lulusan SMA Negeri 1 Tanjung pada tahun 2021. Ia adalah seorang yang berkepribadian ceria, Andan sangat suka dalam mencoba hal-hal baru terutama yang bersifat menantang. Sehingga ia aktif dalam organisasi Pramuka mulai saat SMA