Pelabuhan Bangsal Pemenang. Di tempat inilah aku berdiri. Memandangi segala penjuru. Bukan tanpa alasan aku berada disini. Apalagi sepagi ini. Bangsal menjadi objek pengamatan ku untuk tugas riset ruang massa. Yang diberikan oleh kak Siba selaku pembimbing kami dalam Lokakarya Berajahaksara. Ku coba memandang Bangsal melalui pandangan lain. Yang bukan hanya sebagai perantara pulang dan pergi. Namun, memandang Bangsal menjadi sebuah Dejavu tersendiri. Aku tak ingin membuang banyak waktu lagi. Karena aku ingin segera mengenal tempat ini.
Aku mulai memperhatikan apa saja yang aku butuhkan untuk tulisanku. Aku melihat orang-orang turun dari boat. Perlahan bergerak menjauh meninggalkan Pelabuhan. Ku perhatikan ekspresi yang mereka perlihatkan sangat beragam. Ada yang penuh senyum, ada yang terlihat datar saja, bahkan ada yang terlihat seperti kesal. Entah apa yang mereka pikirkan dan rasakan saat perjalanan dari Gili ke Pelabuhan. Kulihat juga Beberapa orang menunggu boat di ruang tunggu. Ekspresinya menunjukkan bahwa mereka bosan. Barang kali mereka telah menunggu lama.
Ku alihkan perhatian ku pada tukang ojek. Yang tiba-tiba saja mereka sudah berjejer didekat lokasi keluarnya para penumpang. Disaat itu juga, kulihat wajah tukang ojek sumringah menawarkan jasanya. Tak jauh dari tukang ojek. aku merasa tertegun melihat beberapa orang yang terlihat seperti sebuah keluarga yang hangat. Aku lihat mereka tengah berkumpul dan berbincang. Sepertinya mereka hendak pergi ke Gili dengan membawa banyak barang. Aku tersenyum melihat kedekatan meraka. Tak hanya itu, aku melihat beberapa bapak-bapak tengah bercerita satu sama lain. Mereka membicarakan hal-hal tentang rumah mereka. Juga berbagai hal tentang pengunjung.
Aku beranjak menuju area timur parkiran Bangsal. Tempat pemberangkatan boat yang akan menuju ke Gili Air. Dari kejauhan aku melihat banyak bapak-bapak dengan beberapa barang bawaannya. Terlihat seperti barang dagangan yang akan ia bawa ke Gili untuk dijual disana. Aku bisa melihat mereka tampak bersemangat dan menunggu boat dengan penuh kesabaran. Melihat bahwa saat itu masih pagi sekali sehingga belum banyak penumpang yang datang.
Aku mulai menyadari. Kepentingan yang mereka punya ternyata beragam. Ada yang datang untuk pergi bekerja. Ada yang datang untuk berlibur bahkan ada yang datang dengan mebawa harapan dari rumah untuk diperjuangakan disana. Aku semakin tertarik untuk melihat sekelilingku.
Banyak orang yang ku temui disana yang terlihat dari berbagai daerah yang berbeda. Misalnya aku melihat beberapa pedagang yang ku kenal ada disana. Beberapa dari Pemenang dan Medana. Bahkan tukang ojek dan penumpang datang dari berbagai daerah yang tidak sama. Terlihat dari cara mereka berinteraksi yang sepertinya tidak saling mengenal. Turis asing sudah jelas dari negaranya masing-masing. Dapat kulihat dari ciri-ciri tubuh mereka. ternyata turis Cina dan turis dari India terlihat perbedaan yang jelas.
Sangat banyak orang yang berasal dari berbagai daerah berkumpul di Pelabuhan Bangsal. Seolah Bangsal menjadi pusat publik. Kemudian pergi menyebar menuju tempat yang mereka tuju. Aku menyebut Bangsal Pemenang ini sebagai tempat persinggahan. Karena itu, banyak interaksi yang menarik perhatian ku. Misalnya, interaksi antara penjual kaki lima dengan pembeli. Interaksi penjaga loket tiket dengan pembeli tiket. Hingga interaksi antara orang-orang yang baru datang dengan bapak penjaga Bangsal.
Tak jarang, banyak anak-anak muda yang datang bukan untuk pergi ke Gili. Melainkan datang untuk menikmati suasana disana. Terutama saat matahari terbenam. Saat matahari terbenam, Bangsal menjadi sangat nyaman dan menenangkan. Banyak anak muda bahkan orang dewasa kesana sekadar untuk menghilangkan penat.
Hingga akhirnya aku menyadari bahwa, Bangsal pemenang menjadi saksi terhadap banyak kisah. Yang pastinya terjadi disana. Kisah asmara, kisah para penumpang yang sering melewati Bangsal. Kisah para pedagang dengan pelanggannya. Maupun kisah para turis yang datang dari berbagai negara. Kesan yang tertinggal menjadi memori yang tersimpan dengan rapat oleh mereka yang mengalaminya.
Laut yang terkadang tenang
Juga berombak
Angin yang terkadang berhembus kencang
Juga tenang
Tempat yang terkadang bising
Juga damai
Bangsal, itulah tempatnya
Raut senyum hingga amarah
Dijadikannya warna kehidupan
TENTANG PENULIS
Ananda Putri (Andan) lahir di Tanjung 15 Januari 2003. Saat ini Ia adalah mahasiswa semester 5 di perguruan tinggi (STKIP Hamzar) yang mengambil jurusan PGSD. Andan adalah lulusan SMA Negeri 1 Tanjung pada tahun 2021. Ia adalah seorang yang berkepribadian ceria, Andan sangat suka dalam mencoba hal-hal baru terutama yang bersifat menantang. Sehingga ia aktif dalam organisasi Pramuka mulai saat SMA