Sabtu, 20 April 2024. Tahun ini adalah kali pertamanya aku terlibat dalam rapat persiapan “Bangsal Menggawe 2024” di Pasirputih. Bukan hanya rapatnya, namun ini juga adalah pengalaman pertamaku mengikuti kegiatan Bangsal Menggawe. Sepengetahuanku, Bangsal Menggawe ini merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh Pasirputih yang dilakukan sekali dalam setahun.
Rapat ini dihadiri oleh kurang lebih sembilan orang, diantaranya aku sendiri. Dalam rapat ini, ada beberapa hal yang dibahas. Salah satunya adalah tema dari “Bangsal Menggawe 2024” ini. Dimana pada tahun ini Bangsal Menggawe bertemakan “Montase Air”. Berdasarkan penyampaian dari Muhammad Sibawaihi selaku direktur program Pasirputih. Montase merupakan ilmu susun menyusun dalam seni film dan video.
Dalam hal ini, dirangkai gagasan tentang air. Air sebagai landasan kerja dan air itu sendiri tidak ada awal dan akhir serta bersifat continue atau berkelanjutan. Jadi, Bangsal Menggawe 2024 ini menawarkan air sebagai gagasan dan kerangka kerja dalam memicu eksperimentasi dan penciptaan dengan menimbang bagaimana posisi air dalam wadah sosio-kultural masyarakat Lombok Utara. Selain tema, dibahas pula mengenai residensi seniman, reset kekaryaan, tradisi 11 seniman dan tentunya lokasi residensi untuk para seniman.
Adapun lokasi residensi seniman yang dipilih pada tahun ini ada 11 lokasi, diantaranya: Pandanan, Kerujuk, Sumur Mual, Karang Subagan, Karang Pansor, Muara Putat, Terengan, Rangsot, Sira, Gol, dan Jambianom. Lokasi-lokasi ini terletak di dua kecamatan dari lima kecamatan yang ada di Lombok Utara, yaitu kecamatan Tanjung dan Pemenang. Pada Bangsal Menggawe 2024 ini terdapat dua kurator yakni Muhammad Sibawaihi dan Lutfan. Adapun kebutuhan-kebutuhan untuk kedepannya juga ditentukan seperti 11 teman seniman, 11 pendamping lokal, tim penulis, time line, tim negosiasi lokasi residensi, kepastian penginapan, tim dokumentasi, dan juga tim lomba.
Rabu, 24 April 2024 akan diadakan pembentukan teman seniman. Pagi ini ada beberapa teman seniman yang hadir, diantaranya Edi, Suhandar Rizal, Wahyu, Andan, Ila, Kak Rizal dan aku sendiri. Kali ini diperkenalkan nama-nama seniman dari NTB: Radek, Alam Kundam, Baron, Fun Labs, Harvia dan Indah. Sedangkan dari luar NTB: Muara Suara, Yoikatra, Sigisora, Non-Blok dan Gubuak Kopi. Selain itu dijelaskan pula tugas utama yang perlu dilakukan oleh teman seniman seperti memfasilitasi seniman, pendokumentasian, menulis dan berdiskusi dengan kurator. Saat ini juga dibahas kembali mengenai lokasi residensi seniman. Berbeda dengan rapat yang dilaksanakan sebelumnya, saat ini ada sedikit perombakan dimana lokasi residensi diantaranya Telok Kombal, Sumur Mual, Kerujuk, Karang Pansor, Muara Putat, Terengan, Tebango, Rangsot, Gol, Jambianom dan Sira.
Sore harinya, aku, Andan, dan Alya Maolani pergi ke salah satu lokasi residensi untuk melakukan negosiasi lokasi. Kami pergi ke Dusun Gol, tepatnya di rumah pak Kadus. Akan tetapi, sampai disana kami hanya bertemu dengan buk Kadus. Dikarenakan pak Kadus sedang berkegiatan di luar. Kamipun mulai berbincang mengenai Bangsal Menggawe 2024 dengan buk Kadus. Ternyata hal ini sudah dibicarakan sebelumnya oleh Mansur Khalid selaku sekretaris panitia Bangsal Menggawe 2024. Tanggapan yang diberikan oleh buk Kadus cukup memuaskan. Di sela pembicaraan mengenai kegiatan ini kami sedikit bersunda gurau dengannya. Setelah bernegosiasi kamipun memutuskan untuk pulang. Namun, karena satu dan lain hal untuk Dusun Gol ini tidak lagi ditetapkan menjadi lokasi untuk residensi seniman. Sehingga saat ini, untuk lokasi residensi seniman yang ditetapkan diantaranya Jambianom, Sira, Rangsot, Muara Putat, Karang Pansor, Sumur Mual, Tebango, Terengan, Karang Kaum, Telok Kombal dan Kerujuk.
Senin, 6 Mei 2024. Saat hutan di dusun Terengan, Desa Pemenang Timur sudah gundul terciptalah karangan lagu yang berjudul “Kemping”. Tepatnya sore hari aku, Rudi, Iwan dan Muhammad Rusli Oka selaku ketua panitia Bangsal Menggawe 2024 berkunjung ke rumah Pak Zakaria. Beliau merupakan maestro rudat sekaligus pembaca hikayat. Sesampai di rumah beliau, kami disambut hangat oleh istrinya. Dikarenakan Pak Zakaria sendiri belum pulang dari kebun. Kamipun dipersilahkan duduk dan disuguhi kopi dan juga cemilan. Sembari menunggu Pak Zakaria kembali dari kebun, kami menikmati suguhan yang disediakan. Tak lama kemudian suara motor beliau terdengar. Beberapa saat kemudian, beliau duduk bersama kami. Pembicaraan tentunya diawali oleh Muhammad Rusli Oka mengenai tema dari Bangsal Menggawe 2024 ini.
Terengan ini meruapakan salah satu lokasi residensi seniman Bangsal Menggawe tahun ini. Dikarenakan di Terengan terdapat aliran sungai dan salah satunya yang menjadi tempat wisata di Terengan ini sendiri yaitu Tiu Roton. Berdasarkan pemaparan dari Pak Zakaria “10 tahun yang lalu, Tiu Roton ini hanyalah sungai biasa. Di Terengan ini sendiri terdapat sungai yang bernama kaliburuan. Banyak petani yang menggarap sawah mengalirkan air dari sungai ini. Sehingga para petani tersebut dijuluki sebagai petani subak buruan. Sebelum tahun 2000-an, mata air kaliburuan sangat bagus. Banyak hewan air seperti udang, ikan dan kepiting. Sehingga masyarakat setempat sering bangun pag-pagi sekali untuk melihat perangkap udang (kodong) yang sudah dipasang sebelumnya. Saat musim kemarau tiba, semua orang pergi ke kali untuk mandi. Hal yang menjadi keseruan bersama yakni menunggu giliran mandi di pinggir sawah sampai waktu isya”.
Perubahan yang signifikan mengenai keadaan air di sungai kaliburuan terjadi sekitar tahun 2000-an ke atas. Sekitar tahun 2003 sampai dengan 2005, Terengan pernah mengalami konflik dengan dusun tetangga. Hal ini dikarenakan dusun sebelah mengambil air dengan mengalirkan pipa dari sungai yang ada di Terengan. Debit air yang kecil membuat masyarakat Terengan mengalami kekeringan. Dikarenakan dusun sebelah menyadari hal tersebut merekapun mengalah untuk tidak mengalirkan air lagi dari sungai.
Selain itu, ada sebuah cerita yang menarik untuk didengar dari Pak Zakaria. Awalnya di Terengan diadakan tradisi ngalu aek (menjemput air). Dahulu, di Terengan Lauk Tanak Ampar terdapat figur seorang tokoh yang mempunyai kelebihan. Di saat hujan tidak membasahi area kebun masyarakat Terenga, kebun dari tokoh ini sendiri yang tetap hujan. Sehingga makam dari tokoh ini bernama makam titik caluk. Saat musim kemarau tiba, masyarakat Terengan mengadakan semacam ritual ke makam titik caluk selama dua atau tiga kali. Tak disangka setelahnya turunlah hujan di Terengan dan sampai sekarang masih dipercaya. Akan tetapi, seorang tokoh yang memimpin ritual tersebut sudah wafat tahun kemarin. Sehingga tidak ada yang memimpin lagi ritual tersebut. Selain itu, saat ini sedang terjadi musim hujan sehingga Terengan tidak mengalami kekeringan lagi walaupun musim kemarau tiba. Hal ini karena hujan rutin membasahi tanah Terengan.
Tentang Penulis
Nisak Itriyana (Nisak) Lahir di Tanjung, 02 Juli 2003. Ia adalah salah seorang mahasiswa di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) HAMZAR. Ia mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Saat ini ia memasuki semester 5. Ia aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PGSD sesuai dengan jurusannya. Dalam organisasi ini ia mendapat amanah menjadi bendahara umum (bendum) untuk periode 2023/2024. Ia memiliki hobi membaca, terutama ketertarikannya membaca novel. Ia memiliki motto hidup menjalani setiap episode kehidupan dan menerima semua nikmat dari sebuah perjuangan.