Pagelaran Festival Rakyat Bangsal Menggawe akan dilaksanakan kembali dengan tema “Montase Air”. Sebuah gagasan yang muncul dari respon persoalan sosiokultur di tengah Masyarakat Lombok Utara. Kegiatan ini telah dipersiapkan sejak beberapa bulan lalu dengan membangun komunikasi bersama pihak-pihak terkait baik dari sektor pemerintahan, tokoh Masyarakat, para pemuda dan para Bintang-bintang Lombok utara.
Pihak terkait ini nantinya akan berperan aktif dalam kegiatan Bangsal Menggawe 2024 sebagai bagian dari subjek kultural yang akan berkolaborasi bersama seniman residensi dalam menciptakan karya kolaboratif. Niatan ini menjadi salah satu metodologi untuk mempermudah kerja seniman untuk merespon berbagai persolan tentu dalam bingkai kesenian dan kebudayaan yang asik dan menarik.
Sabtu, 27 April 2024, kami berkunjung ke Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kec. Pemenang. Karang Pangsor adalah wilayah yang terletak di jalur penyebrangan Pelabuhan Bangsal yang merupakan jalan menuju pariwisata tiga gili, yakni Gili Terawangan, Meno dan Gili Air. Tak heran. Warga karang pangsor berprofesi sebagai pelaku pariwisata.baik sebagai tur guide, buruh kapal, pedagang dan lain sebagainya.
Bersama khalid dan oka saya bertandang kerumah Muhammad zakir seorang tokoh pemuda sekaligus sebagai ketua Pokdarwis Bangsal Asri, sebuah wisata Pantai yang terletak di samping Pelabuhan bangsal. Tempat warga terhelat sembari menikmati senja. Merebahkan penat bersama sanak keluarga.
Menurut Zakir, masyarakat Karang Pangsor sendiri memiliki karakteristik yang berbeda dengan Masyarakat dusun lain di Pemenang. Warga Karang Pangsor sangat senang berbagi sayur dan buah-buahan yang ia tanam di pekarangan rumahnya.
Selain itu dusun Karang Pangsor bersebelahan dengan perkampungan umat Hindu namun mereka hidup rukun dan damai hal ini menjadi budaya dari dahulu. Interaksi sosial, kerjasama dan menjujung tinggi toleransi disetiap ada kegiatan ritual keagamaan. Yang menarik dari Karang Pangsor adalah latar belakang sejarah wilayah yang syarat nilai toleransi.
Karang Pangsor memiliki sawah yang konon ceritanya diberikan oleh raja Anak Agung Karangasem. berada di sebalah barat pemukiman warga. Para petani mengandalkan air dari bendungan Menggala untuk mengairi sawah mereka. Cara Bertani Masyarakat disana pun masih menggunakan pola tradisional. Ketika musim kemarau warga memanfaatkan sumur-sumur disekitarnya untuk mengairi sawahnya.
Saat hama datang. Umat Hindu melakukan ritual mengusir hama dengan “menyan/dupa” dan warga muslim membacakan doa-doa sembari mengelilingi sawah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman Masyarakat melupakan dan beralih dengan teknologi-teknologi kekinian.
Menurut mereka semakin banyak ritual-ritual maka semakin banyak juga pengeluarannya. Tetapi mereka merindukan sebuah massa yang dimana mereka bekerja disawah secara bergotong-royong dan makan bersama walaupun dengan makan-makanan yang sederhana.
Selain sawah ada pula masjid yang diberikan oleh raja Anak Agung Karangasem sebagai hadiah untuk desa karang pangsor. masjid ini dikenal sebagai masjid tertua yang berada di Pemenang,
Konon jamaah masjid ini sampai kecamatan tanjung (Onggong, Teniga). Dulu, arsitektur dari masjid ini mirip dengan masjid sunan kalijaga yang atapnya bersusun-susun. Sejarah awalnya, Masjid ini diberikan oleh raja Anak Agung Karangasem karena warga Karang Pangsor yang membantu Kerajaan Karangasem melawan Kerajaan Mataram dan disalah satu tiang besar masih ada ukiran aksara bali dan sendi (pondasi tiang-tiang zaman dahulu) masih ada di dalam masjid tetapi telah di timbun akibat dari renovasi pasca gempa Lombok 2018 lalu.
Setiap Pembangunan masjid dan enovasiannya sampai sekarang, panitia Pembangunan masjid selalu melibatkan tokoh-tokoh dari umat Hindu dan Buddha. Karena, pernah satu kali saat Pembangunan masjid ini tidak mengundang tokoh-tokoh dari Agama Hindu dan Buddha, warga kebingungan karena ada saja kendala dan masalah yang dialami saat proses Pembangunan tersebut.
Di dusun Karang Pangsor terdapat satu sumur tua yang diyakini Masyarakat disana sebagai obat untuk menyembuhkan segala penyakit. Sumur itu juga dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun sekarang karena masuknya PDAM sumur itu jarang dipakai, hanya dipakai Ketika PDAM mati. Tidak ada ritual khusus didalam pengabilan air tersebut Ketika digunakan untuk mengobati. Namun, tentunya dengan niat yang baik dan selalu berserah diri pada Allah SWT.
Di dusun ini juga terdapat ayam Jantan yang bernama “Kelau Karang Pangsor” yang di cari-cari oleh Penggoncek (penyabung ayam). karena Ketika tanding ayam ini tidak pernah terkalahkan dengan ayam Jantan yang model-model lainnya. Ceritanya juga nenek moyang yang ada di karang pansor ini dulu suka “menggocek”( sabung ayam).
Tentang Penulis;
Wahyu Rizki Inandi saya kerap di sapa Wahyu, lahir diDusun Gol pada tanggal 23 Maret 2002 Saya anak ketiga dari enam bersaudara. Ia adalah salah satu Mahasiswa STKIP Hamzar yang mengambil prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan saat ini masih semester V. Wahyu juga aktif di salah satu organisasi internal kampus yakni HMPS PGSD tahun 2023/2024 dan disela sela waktu Wahyu juga seringkali bermain dan belajar dipasirputih.