Oleh: Rudi Urahman
Selasa 21 mei 2024, saya bersama Alam Kundam salah satu seniman residensi Bangsal Menggawe 2024 pergi ke Dusun Terengan. Sesampai disana saya bertemu dengan kepala wilayah Dusun Terengan Lauk untuk meminta izin melakukan residensi. Dusun Terengan merupakan salah satu dusun yang ada di kecamatan Pemenang, lebih tepatnya di Desa Pemenang Timur.
Dusun Terengan sendiri terbagi menjadi tiga wilayah, yakni Terengan Lauk (Utara), Terengan Timuk (Timur), Dan Terengan Daya (Selatan). Di dusun Terengan Daya terdapat salah satu destinasi wisata yang terkenal, namanya Tiu Roton. Tiu Roton merupakan sebuah aliran sungai yang bersumber dari mata air pegunungan. Selain sebagai tempat destinasi wisata, Tiu Roton juga merupakan sumber kehidupan masyarakat Terengan. Karena hampir segala aktifitas keseharian warga bergantung pada sungai tersebut, mulai dari mencuci pakaian, memberi minum hewan ternak, irigasi sawah, bahkan untuk mandi dan minum pun masyarakat bergantung pada air sungai ini.
Ketika saya dan Alam Kundam bertemu dengan Hizan selaku Kadus Terengan Lauk, selain untuk meminta izin, banyak hal yang kami tanyakan kepadanya. Hizan mengatakan bahwa belakangan ini debit air yang mengalir disungai terengan ini semakin kecil, padahal air di hulu cukup banyak. Kecilnya air sungai ini menyebabkan kurangnya pasokan air untuk irigasi persawahan, terutama sawah para petani yang ada di Dusun Terengan Lauk. Dari informasi tersebut kami kemudian berinisiatif untuk menelusuri penyebab berkurangnya debit air yang ada di hilir.
Setelah itu kami pergi ke wisata Tiu Roton untuk melihat kondisi air yang di ceritakan tadi. Jarak yang kami tempuh dari rumah Hizan sampai ke tiu roton kurang lebih 1 KM. Sesampainya di Tiu Roton saya melihat debit airnya lumayan deras, sama seperti yang diceritakan oleh Hizan sebelumnya. Dan disinilah letak kebingungan kami, sebagaimana bingungnya hizan ketika menceritakan perbedaan kondisi air di hulu dan di hilir. Saya dan alam kundam pun mulai ikut kebingungan atas apa yang menjadi penyebab tidak sampainya air dengan debit yang lumayan deras untuk mengalir ke hilir.
Kemudian kami mencoba untuk menelusuri penyebabnya. Sebelumnya hizan sempat bercerita kepada kami ketika berbincang-bincang dirumahnya. Ia mengatakan bahwa dibawah sungai Tiu Roton, kurang lebih jaraknya 400 meter, terdapat sebuah penginapan yang dibangun diatas aliran sungai ini. Dan penginapan tersebut ternyata milik orang asing. Ia memang membeli tanah dari warga yang ada diatas aliran sungai tersebut. Anehnya, ketika kami masuk ke dalam wilayah penginapan tersebut, kami melihat air yang mengalir dari hulu ternyata terbendung di dekat lokasi penginapan tersebut. Semacam ada yang menghadang dibawahnya, sehingga air tidak bisa mengalir langsung ke hilir.
Kemudian di Tiu Roton sendiri, saya dan Alam Kundam mencoba untuk meilhat-lihat keadaan sungai. Saya melihat banyak sekali pipa-pipa tempat mengalirkan air yang dipasang oleh warga untuk keperluan sehari-harinya. Dan sejatinya memang tidak ada hal aneh yang saya temukan di tiu roton, sebagaimana yang menjadi pemicu kebingungan Hizan. Tiu Roton sendiri bagi saya adalah wisata alam yang sangat bagus, dengan air mengalir yang sangat deras, ditambah batu kali yang diroton (tumpuk). Namun sayangnya batu kali yang di roton malah membuat air tidak lagi mengalir ke hilir.
Tentang Penulis:
Rudi Urahman (Rudi) lahir di Tanjung 20 Juli 2001. Saat ini Ia adalah mahasiswa semester 6 di perguruan tinggi (STKIP Hamzar) yang mengambil jurusan PGSD. Rudi adalah lulusan SMK Negeri 1 Tanjung pada tahun 2020. Ia adalah seorang yang berkepribadian senang dengan hal-hal berbau bisnis, Rudi sangat suka dalam mencoba hal-hal baru terutama yang bersifat menantang dan mempunyai nilai jual. Sehingga ia aktif dalam berbagai macam organisasi dan perdagangan/jual beli mulai dari saat masa perkuliahan