Skip to main content

Senja yang gelap tanpa mega jingga di ujung teluk, sementara hujan belum memberi isyarat bahwa ia akan mengguyur sayur kangkung di halaman. 

Sore itu, di ujung aula Pasir Putih,  saya  melihat Afifah menenteng sesuatu yang berwarna hijau, tepatnya seperti daun- daunan yang mirip dengan daun yodium. Langkah Afifah pelan menuju berugak  tempat saya dan anak-anak sedang duduk termasuk si bocah kecil Kafa. 

Merasa aneh melihat daun yang ditenteng Ifeh, saya pun bertanya  

saya  : “Apa tu feh?” , 

Ifeh  : “ ini daun pepaya jepang” 

Saya : “ dapat dari mana ?.”

Ifeh  :  “itu di pagarnya Pak suherman”.

Saya :  “mau ditanam ya?” 

Afifah : “ iya, sekalian daunya saya jadiin sayur. “ 

Saya  : “ emang  bisa dijadikan sayur,?”

Ini adalah tentang tanaman yang tumbuh sebagai pagar di pekarang rumah Pak Suherman dan Ibu Us. Tanaman Pepaya Jepang, ya itulah namanya. Tanaman ini tumbuh menjadi pagar pembatas antara Halaman pasir Putih dan halaman rumah pak Suherman. Tanaman Pepaya jepang yang ditanam pak Suherman lumayan banyak dan tumbuh dengan subur.  Awalnya saya tidak tau tentang tanaman ini, jangankan tentang manfaatnya, tau tentang namanya saja tidak.

Waaahhh,,bisa dibilang parah sih partisipan Aksara tani yang satu ini, masak tanaman sepenting itu dicuekin. Ah, maklummm, kan anak baru magang. Hihihi

Man Satun, tetangga pak Suherman yang ketagihan dengan daun Pepaya Jepang

Meskipun hampir setiap hari saya melihat tanaman itu berderet di pagar pak Suherman, namun saya memang benar-benar tidak tau bahwa tanaman ini bisa dikonsumsi. Saya mengira bahwa itu adalah pohon yodium yang tidak bisa dimakan, melainkan hanya biasa digunakan sebagai obat luka pada kulit. karena dulu ketika masih bocah Ibu sering menggunakan getah yodium untuk mengobati luka di lutut saya akibat terjatuh. 

Letak tanaman ini sangat dekat dengan kamar mandi kami, jadi saat saya hendak ke kamar mandi,  daun pepaya jepang ini sering menyapa saya dengan  melambai-lambai seolah  memanggil dan berkata “kamu tidak mau tau siapa aku?”. 

OBROLAN DI TERAS RUMAH PAK SUHERMAN – PEPAYA JEPANG

Beberapa hari selepas obrolan saya dan ifeh di berugaq Pasir Putih, saya pun bermain ke rumah pak Suherman. niatnya sih ingin mencari tau tentang tanaman si Pepaya jepang. Sore itu saya hanya bertemu dengan Ibu Us istrinya pak Suherman yang akrab saya panggil Kak Us , kebetulan waktu itu pak Suherman sedang berada di Gili Meno untuk bekerja sebagai pegawai PLN. 

Di teras rumah pak suherman terlihat ibu Us sedang rempong mengurus anaknya Inara yang baru selesai mandi. Dari gerbang halaman Pak Suherman saya memanggil Kak Uss. 

Kak Uus,,,, Epe bak mbe toneq lemak, kten cang meta epe laguq sepiiii deq araq tau (Kak us, kemana tadi pagi, saya ke sini tapi sepi tidak ada orang)”, sapaku kepada kak Us. 

Ooh, lauq laingku toneq balen bapun inara (oh, tadi pagi saya ke utara rumah nenek Inara)”, Jawab kak Us sambil terlatih memainkan tangannya mengusap minyak telon ke badan Inara. 

“Apa araq?“ Tanya kak Us kepada saya. 

“araq siq cang ketoanin niki penting (Ada yang ingin saya tanyakan ke Kak Us , penting)“ Jawab saya sambil memperhatikan tanaman sekitar pekarangan Pak Suherman yang  beragam. 

Apa she jaga ketoanin fe, ni teras kon kutoq (Apa yang ingin kamu tanyakan? Ayo duduk di teras )” ajak kak Uss kepada saya. 

Saya pun berjalan menuju teras tempat kak us duduk mengurus anaknya Inara. Saya melepas rasa penasaran tentang Pepaya jepang dengan ngobrol banyak dengan Kak Us. Kak Us menuturkan bahwa awalnya ia mengenal tanaman Pepaya jepang dari bibinya yang ada di senggigi. 

Setahun yang lalu Kak Us dan pak Suherman bersama keluarga kecilnya berkunjung ke rumah bibinya yang berada di senggigi. Saat berada di sana mereka melepas rindu dengan bercengkrama dan tertawa riang. Saat tengah seru-serunya ngobrol keluarga, si bibi memperkenalkan sebuah tanaman yang biasa ia konsumsi sebagai sayur. Tanaman ini biasanya disebut papaya sayur oleh si bibi. 

Bibi menjelaskan bahwa daun pepaya sayur bisa dikonsumsi sebagai makanan dengan menu masakan yang beraneka ragam, seperti diolah menjadi kelaq kuning, urap-urap, olah-olah dan lain sebagainya. Bibi menawarkan kepada Kak Us dan Pak Suherman untuk membawa pulang daun Pepaya jepang agar bisa ditanam di rumah mereka.

Daun Pepaya Jepang yang tumbuh subur di halaman rumah warga

Karena bibi sudah terbiasa mengkonsumsi daun pepaya jepang, akhirnya Pak Herman dan kak Us memutuskan untuk membawa pulang beberapa pohon pepaya jepang untuk ditanam di rumah. Niatnya sih,, agar mereka juga bisa mencoba memasak daun pepaya sayur menjadi menu-menu masakan yang menggugah selera makan, seperti yang dilakukan oleh si bibi. 

Kak Us menjelaskan, meskipun tanaman itu baru mereka kenal, namun mereka percaya dengan apa yang disampaikan oleh si bibi bahwa daun Pepaya jepang tidak berbahaya untuk dikonsumsi oleh siapa saja, terlebih mendengar cerita dari  bibi bahwa sayur jepang lebih enak dan lembut dibandingkan sayur-sayur yang lain jika dimasak menjadi sayur urap-urap maupun kelaq kuning. 

Setelah sampai di rumah, Pak suherman kemudian mencoba menanam pohon Pepaya jepang yang dibawa dari rumah bibinya. Pohon itu ditanam di sepanjang pagar pembatas antara rumahnya dengan pekarangan Pasir Putih. Tidak ada perawatan khusus yang dilakukan terhadap tanamn ini, pak suherman menanam pohon Pepaya jepang hanya dengan menancapkan pohon-pohon tersebut dengan tangan saja kemudian rutin disiram. 

Beberapa bulan kemudian tanaman itu tumbuh dengan subur. Meskipun tanpa perawatan yang khusus, daun-daunnya tumbuh subur dan lebat. Pak Suherman dan kak Us sangat senang melihat pertumbuhan tanamannya yang kian hari kian subur dan menawan, menambah keindahan dan keasrian halaman rumah kami. Tutur Kak Us kepada saya. 

Daun-daun muda Pepaya jepang ini seperti saling berlomba untuk tumbuh, seolah mereka sedang melakukan kompetisi untuk menentukan siapa daun yang memenuhi kategori terindah, terlebar, termuda dan tersubur. 

Karena daun-daun muda Pepaya jepang sudah bisa dipetik, akhirnya Pak suherman dan Kak Us tancap gas dan merasa geger ingin memasak dan melakukan panen perdana terhadap daun-daun hijau segar itu. 

“Lumayan,,, daun ini bermanfaat juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga”, ucap kak Us bersyukur. 

Menu pertama yang dibuat oleh Kak Us dari daun Pepaya jepang ini adalah Kelak kuning, yakni sebuah menu masakan yang diolah menggunakan bumbu-bumbu lokal yang mentah, seperti kunyit, jahe, kencur, kemiri, merica, laos, cabe rawit,cabe hijau, bawang putih, bawang merah, terasi, garam. Menu ini adalah salah satu menu favorit keluarga pak suherman karena warna kuah dari masakan ini yang kuning keemasan dan rasa bumbunya yang khas, menambah selera makan keluarga terlebih anak-anak. 

Ketika pertama kali membuat masakan dari daun Pepaya jepang , Kak Us mengira bahwa anak-anaknya tidak akan suka dengan menu masakan dari daun ini, karena sebelumnya anak-anak kak Us belum pernah melihat apa lagi mengkonsumsi daun Pepaya jepang sebagai menu makanan. Meleset dan terbalik 360 derajat dari taksirannya, anak-anak kak Us malah sangat lahap ketika makan dengan menu sayur daun Pepaya jepang. 

Anak-anak malah ketagihan dan doyan dengan menu-menu masakan dari sayur Pepaya Jepang. Tidak hanya ketika dijadikan sebagai sayur kelak kuning saja, tetapi juga saat diolah menjadi urap-urap, olah-olah dan menu –menu masakan yang lainnya, anak-anak hampir selalu ingin menambah porsi makan jika menu makannya adalah daun Pepaya Jepang.  

Sepertinya sore itu hujan memang enggan menyapa, mega jingga gelap berubah cerah memasuki ruang teras tempat kami duduk,  ia tidak berkata namun ikut menemani obrolan kami. Cerita kak Us kian asyik , terlebih ketika Kak Us menuturkan tentang salah seorang tetangganya  yang bernama Man Satun yang juga ketagihan dengan cita rasa dari daun Pepaya jepang. 

Awalnya Man Satun datang ke rumah Kak Us untuk meminta daun singkong yang akan dijadikan sayur. Ya, begitulah pekarangan Pak herman memang banyak tumbuh tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sayur, salah satunya adalah daun singkong, namun sayangnya waktu itu daun singkong yang dicari Man Satu sudah dibabat habis oleh tetangga yang lain, sehingga yang tersisa tinggal daun – daun singkong yang tua. 

Mendengar Man satun akan membuat sayur, Kak Us kemudian menawarkan alternatif lain untuk menggantikan daun singkong yang dicari Man Satun yaitu daun Pepaya jepang. Man satun sempat tidak percaya kalau daun itu bisa dimasak dan menjadi sayur, tetapi karena sedang membutuhkan sayur untuk dimasak akhirnya Man satun memetik beberapa daun muda Pepaya jepang dan mencoba memasaknya. 

Selang beberapa hari, Man satun kembali ke rumah Kak Herman untuk mencari Daun Pepaya jepang itu. 

Bu Us, Masi araq daun Pepaya baungku tebin nu? Ternyata tetu tetu maik siq kelaq daun nu, rasa a lemmmbut teruuuus ,,pokok mooiiikkk waahh, (Bu Us, masih ada daun pepaya yang saya petik tempo hari itu? Memang benar-benar enak daun itu, rasanya lembuuuutttt,, teruusss,,, pokoknyaaa enaakkk ),” tutur man Satun kepada Kak Us waktu itu. 

Selain Man satun, pernah juga seorang pegawai Puskesmas membawa pulang daun pepaya jepang Pak Suherman, waktu itu pegawai dari puskesmas sedang melakukan penyurveian limbah pembuangan masyarakat, salah satu rumah yang disurvei oleh pegawai itu adalah rumah Pak Suherman. 

Setelah melakukan penyurveian pegawai itu pamit kepada Pak suherman dan Kak Us akan pulang, namun langkahnya terhenti karena melihat tanaman pepaya jepang di pinggir pagar. 

“Pak bisa saya minta daun ini?” Tanya sang pegawai. 

“oh, nggih bisa, silahkan dipetik saja mana yang bapak mau” jawab Pak Suherman waktu itu. 

Pohon Pepaya Jepang milik pak Suherman yang ada di pagar rumahnya

Sambil memetik daun pepaya, Pegawai itu menceritakan bahwa daun pepaya jepang sangat bermanfaat untuk kesehatan karena dia pernah melihat tentang daun pepaya jepang di salah satu media online. Bapak pegawai itu membungkus daun pepaya jepang dengan perasaan senang dan membawanya pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah. 

Senja semakin gelap, namun rasanya enggan saja beranjak dari teras itu. Saya seperti mendapat rezeki tak terlihat namun rasanya mengenyangkan. Apalagi ketika kak Us memberikan saya sebuah resep rahasia dalam mengolah daun Pepaya Jepang.

Wahhh,,,, senang dong dapat tambahan ilmu, apa lagi ini tentang resep rahasia. 

Resep rahasia itu adalah tentang bagaimana cara kak Us mengolah daun pepaya jepang menjadi kelaq kuning dengan campuran ikan.

“Eemmmmmm,,, bagaimana ya caranya kak us mengolah si daun pepaya ini?

Setiap ibu rumah tangga yang biasanya sebagai penguasa dapur, tentunya mereka mempunyai cara yang berbeda dalam mengolah masakan. Seperti yang dilakukan oleh Kak Us, Cara kak Us memasak pepaya jepang sedikit berbeda dengan sayur-sayur lainnya. Jika biasanya saat memasak sayur, kak Us langsung mencampur sayur dengan bumbu-bumbu ke dalam kuali tanpa proses merebus sayur itu terlebih dahulu. 

Namun hal yang berbeda dilakukan ketika memasak daun pepaya jepang. Sebelum pepaya jepang dimasak bersama bumbu dan campuran lainnya, terlebih dahulu daun pepaya jepang direbus di dalam air yang mendidih hingga daun pepaya matang. Setelah daun pepaya jepang matang, kemudian tiriskan hingga air bekas rebusan terkikis habis. Setelah itu, barulah kak Us mencampur daun pepaya jepang ke dalam air yang sudah mendidih yang terisi ikan dan campuran bumbu kelaq kuning di dalam kuali. 

Kak Us menuturkan bahwa ada hal menarik dan sangat ia sukai ketika masakannya sudah matang. Yaitu saat melihat warna dari menu masakan kelaq kuning yang begitu menawan. Hal ini diakibatkan karena adanya perpaduan warna dari bumbu-bumbu khas kelaq kuning dengan warna hijau segar daun pepaya jepang.

Selain itu, yang membuat anggota keluarga kak Us lahap dengan menu ini adalah karena tekstur daun pepaya jepang yang sangat lembut, segar dan tidak terasa pahit ketika dimakan. Apalagi ditambah dengan aroma yang dikeluarkan oleh bumbu khas kelaq kuning, menjadikan momen makan bersama keluarga menjadi sempurna. 

Awwww,,,,toloooonnggg,,,,,,Lapaaarrrrrr

Kian lama mendengar tutur cerita kak Us membuat saya semakin keroncongan,,,,, rasa-rasanya menu itu sudah ada di lidah saya. 

Kalimat terakhir kak Us yang membuat saya menghela nafas lega adalah 

“lemakku pengakang kelaq kuning daun papaya jepang sedak ikan, deqpe ngasa mentoaq fe meliwat siq saking moik rasanya (besok saya akan buatkan kamu menu kelaq kuning, kamu tidak akan sadar mertuamu sedang lewat saking eeeeenaanaakk rasanya). 

Saya dan kak Us tertawa girang mendengarkan kalimat terakhir itu. 

Saya Pun pamitan ke kak Us, saya tidak lupa mengucapkan sebuah angan dibalik rasa yang dijanjikan 

“Cang tunggu kelaq kuning daun gedang sayur fe kak (saya tunggu kleaq kuning daun pepaya jepang Kak Us)”.

MANFAAT TANAMAN PEPAYA JEPANG

Di ruang cam craft pasir putih selepas dari rumah kak Us, tepatnya setelah solat magrib, saya penasaran kembali tenang Pepaya jepang ini, saya mencoba searching sama si mbah google tentang manfaat tanaman pepaya jepang. 

Bahwa tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini, lebih tepatnya Semenanjung Yukatan di Meksiko, mengandung vitamin A yang diproses oleh tubuh untuk menjadi beta-karoten, berperan dalam mencegah penyakit kanker. Daun pepaya jepang merupakan salah satu bahan alam yang bisa dimanfaatkan sebagai antibakteri karena banyak mengandung saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid dan fenol.

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Kurnia Azizah pada 17  februari 2020 yang diterbitkan media online, merdeka.com.

Selain itu, Kurnia Azizah juga menjelaskan bahwa papaya juga mempunyai banyak manfaat, antara lain adalah untuk menjaga kesehatan mata karena mengandung vitamin A, memperkuat tulang dan otot, menjaga imunitas, Mengatasi Jerawat, mengatasi radang, mencegah anemia, mengatasi masalah pencernaan dan menjaga kesehatan reproduksi.

Waaaahhhh,,banyak juga ya manfaat si hijau yang suka melambai lambai di Pagar Pak Suherman.

Pemenang, Minggu 6 Maret 2022 M / Ahad 3 Sha’ban 1443 H

Baca Juga: SENIMAN MEMASAK

Referensi

[1] Azizah, Kurnia. (2020). 10 Manfaat Daun Pepaya Jepang untuk Kesehatan Beserta Bahayanya Konsumsi Berlebihan. Media online, Merdeka.com.