Pertemuan dengan para panitia lomba selakar berlangsung setelah isya (Sabtu, 11 Mei 2024). Surat undangan panitia sebelumnya tertuju kepada lima orang diantaranya Zakaria, Wahid Hasyim, Herman zohdi, Safawi dan Abdul Hamid. Akan tetapi, yang hadir dalam pertemuan malam ini hanya Wahid Hasyim, Zakaria dan Safawi. Dua orang panitia lainnya sedang dalam keadaan kurang sehat sehingga tidak mengikuti rapat perdana kali ini. Rapat dengan panitia ini dimulai pukul 20:55 WITA. Diawali dengan pembukaan dari Muhammad Rusli Oka selaku direktur program Bangsal Menggawe. Kemudian dilanjutkan oleh Muhammad Ghozali selaku direktur Pasirputih untuk memimpin rapat tersebuta. Dalam hal ini, Muhammad Ghozali meminta masukan atau pendapat mengenai teknis lomba selakar dari para panitia yang hadir. Tanggapan pertama diberikan oleh Zakaria. Beliau memulai dari istilah selakar sendiri. “Selakar berasal dari kata israkal (serakalan).
Jadi sebenarnya pengucapan menurut Zakaria yaitu serakal.” Zakaria sendiri memang girang dalam Al-Barzanji. Selakar sering digunakan saat zikir maulid dan acara keagamaan lainnya. Seiring berjalannya waktu, budaya selakaran tergeser dengan budaya-budaya asing yang masuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Sehingga perlu untuk mengantisipasi budaya selakaran ini dengan menghidupkan Kembali secara masif. Zakaria sendiri menceritakan pengalamannya mengikuti lomba selakar pada tahun 2006. Beruntungnya dari sekian peserta, kelompoknya menjadi peserta terbaik karena memiliki gaya yang paling beda diantara peserta lainnya.
Selanjutnya tanggapan diberikan oleh Wahid Hasyim. Beliau sendiri sangat mengapresiasi lomba selakar yang akan dilaksanakan dalam Festival Bangsal Menggawe tahun ini. Beliau menginginkan selakar harus selalu ada, karena selalu diperlukan dalam acara keagamaan. Selain itu, perlunya untuk menginformasikan kepada ketua remaja masjid, dikarenakan sasaran lomba selakar ini ialah para generasi muda. Wahid Hasyim juga menyinggung masalah seragam (pakaian, bacaan dan gerakan) yang akan menjadi poin spesial yang menjadi variasi saat ditampilkan.
Kemudian tanggapan terakhir disampaikan oleh Safawi. Tidak dapat dilupakan bahwa selakaran ini merupakan Al-Barzanji. Di dusun Telok Kombal sendiri selakaran wajib diadakan setiap RT. Terutama dalam acara puncak maulid nabi, lomba selakaran selalu menjadi pilihan utama masyarakat disana. Setiap RT terdapat peserta yang melibatkan 25 orang pemuda dan para orang tua dalam hal ini berada dalam posisi sebagai pembina. Jadi, satu malam itu akan diisi oleh satu RT sebagai peserta lomba dikarenakan selakar dimulai dari pasal awal hingga akhir. sehingga, sangat membutuhkan banyak waktu. Dalam lomba selakaran sendiri, ada 3 penilaian yang merupakan aturan dari provinsi. Pertama, nada dan suara (30%). Kedua, fasahah atau kefasihan bacaan (50%). Ketiga, adab atau kesopanan seperti cara jalan, pakaian dan gerakan (30%). Safawi menyarankan untuk membatasi peserta, maksimal 10 orang dalam satu kelompok. Hal ini juga disepakati oleh Zakaria dan Wahid Hasyim.
Selanjutnya, dibahas mengenai durasi yang perlu ditentukan oleh panitia lomba. Dikarenakan selakar jika dimulai dari pasal awal sampai akhir sangatlah panjang. Hal ini tentu akan memakan banyak waktu. Sehingga waktu untuk setiap peserta perlu dibatasi. Safawi berpendapat untuk penilaian diberikan pada pasal akhir dalam selakaran. Akan tetapi, menurut Zakaria masing-masing dusun memiliki kebiasaan yang berbeda dalam selakaran. Sehingga beliau ingin memberikan kebebasan kepada setiap peserta lomba untuk memilih pasal mana saja yang ingin dibaca sesuai dengan durasi waktu yang akan ditentukan oleh panitia. Untuk durasi waktu, sepengalaman Zakaria sekitar 10-15 menit jika banyak peserta lomba. Satu kelompok akan diisi oleh 10 orang. Terkait lokasi lomba, saran dari Wahid Hasyim diadakan di Masjid Jami’ atau sekolahan.
Dari keputusan rapat malam ini, peserta lomba selakar akan diambil dari wilayah Pemenang Barat dan Pemenang Timur. Sehingga, akan dihubungi setiap kadus dan ketua remaja yang ada di wilayah tersebut. Untuk persyaratan lomba, akan dibahas kembali saat Technical Meeting. Dikarenakan lomba ini akan berlangsung pada bulan Juni, maka masih banyak waktu untuk para peserta berlatih. Setelah semua pembahasan selesai, rapat ditutup dan berakhir pada pukul 21:55 WIT
Tentang Penulis
Nisak Itriyana (Nisak) Lahir di Tanjung, 02 Juli 2003. Ia adalah salah seorang mahasiswa di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) HAMZAR. Ia mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Saat ini ia memasuki semester 5. Ia aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PGSD sesuai dengan jurusannya. Dalam organisasi ini ia mendapat amanah menjadi bendahara umum (bendum) untuk periode 2023/2024. Ia memiliki hobi membaca, terutama ketertarikannya membaca novel. Ia memiliki motto hidup menjalani setiap episode kehidupan dan menerima semua nikmat dari sebuah perjuangan.