Residensi Seniman; Kisah Sumur Mual dan Sumur Telaga


Oleh: M. Rusli

Sumur Mual dan Sumur Telaga merupakan sumur yang berada di Dusun Sumur Mual, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Bagi masyarakat dusun Sumur Mual, nampaknya kedua sumur ini amat menarik karena menyimpan kenangan warga di masa lalu.

Jum’at (31/5/2024), sekitar pukul 09.30 wita, saya mengajak Harvia untuk bertemu dengan kepala kewilayahan (Kadus) Sumur Mual. Kedatangan saya dan Harvia itu tentu saja berkaitan dengan perhelatan Bangsal Menggawe yang kami laksanakan tahun ini, bilkhusus kaitan dengan program residensi seniman, karena salah satu seniman yang terpilih (Harvia) ditempatkan di Sumur Mual. Pada pertemuan tersebut, saya memperkenalkan sekaligus bercerita tentang tema Bangsal Menggawe 2024, karena sebelumnya disela-sela obrolan tersebut, Pak Kadus menanyakan kaitan dengan tema yang diangkat Bangsal Menggawe tahun ini.

Harvia (Seniman Bangsal Menggawe 2024) dan Kadus Sumur Mual

Mendengar pertanyaan tersebut, saya sedikit bercerita bahwa Bangsal Menggawe tahun ini mencoba mempelajari seperti apa posisi air ditengah-tengah masyarakat, bagaimana memandang air sebagai kebutuhan mendasar dan tentu berhubungan dengan cerita dan narasi maupun peristiwa yang pernah terjadi dan dialami warga yang berkaitan dengan air. Melalui air ini kami mencoba mempelajari dan menelusuri potensi air mulai dari hulu sampai hilir. Mendengar cerita tersebut, pak kadus langsung merespon dan bercerita tentang mata air yang ada di Dusun Sumur Mual. Di dusun tersebut terdapat dua sumur yakni Sumur Mual dan Sumur Telaga. Kedua sumur ini memiliki cerita masing-masing yang cukup unik dan menarik. Ada yang digunakan sebagai tempat ritual, pengobatan dan ada juga sumur yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari.

Sumur Telaga

Setelah kami ngobrol-ngobrol di berugak Pak Kadus. Kami langsung diajak untuk menelusuri sumur yang dimaksud. Sumur yang pertama kami telusuri adalah Sumur Telaga yang terletak di dekat lapangan bola yang tak begitu jauh dari kediaman Pak Kadus. Selain itu juga, kami menelusuri aliran sungai yang terbentang luas yang berada di dusun Sumur Mual

.

Penampakan Sumur Telaga

Dari cerita Pak Kadus, Sumur Telaga digunakan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga, Sumur Telaga menjadi saksi bisu masa kecilnya dimana dahulu sumur ini dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat bermain, mengambil air minum dan menjadi tempat pemandian warga Sumur Mual. Masa-masa itu, Sumur Telaga kondisinya tidak seperti sekarang, dulu sumur ini dikelilingi oleh pohon kamboja dan pohon yang memiliki bunga. Sehingga sumur telaga terlihat indah seperti tempat pemandian bidadari. “Air Sumur Telaga ini sangat bersih dan jernih, seperti air-air mineral yang dijual-jual sekarang”. Ujar Pak Kadus saat memperlihatkan kepada kami Sumur Telaga.

Penamaan Sumur Telaga itu sendiri diambil dari posisi sumur yang berada di sebuah lokasi yang dekat dengan telaga, dimana sumber air telaga itu juga dialiri dari sumur tersebut. Karena posisi yang cukup dekat dengan sumur tersebut dan saling mengisi inilah kemudian sumur tersebut dinamakan Sumur Telaga.

Akan tetapi, saat ini kondisi Sumur Telaga saat ini tidak terawatt seperti dahulu, dimana sekitar kurang lebih 20 tahun yang silam Sumur Telaga airnya sangat bersih dan jernih, di sekelilingnya terdapat aneka pepohonan yang menambah keindahan sumur tersebut. Saat ini cukup memperihatinkan, dimana telaga tempat pemandian warga dahulu kala, kini sudah tertimbun oleh tanah. Pun juga air sumur tersebut, tidak sebersih dahulu dan hampir tertimbun oleh reruntuhan rumah warga pasca gempa 2018.

“Air sumur ini sekarang kotor, karena tidak pernah disentuh dan diambil lagi airnya oleh warga”, ujar Pak Kadus saat mengangkat sampah di sekitar sumur tersebut. Disela obrolan, pak kadus memiliki sebuah impian agar sumur ini dapat dikelola oleh warga, entah menjadi air minum kemasan atau apa saja yang penting sumur ini tetap dijaga dan dirawat. Karena sewaktu-waktu, sumur yang saat ini digunakan oleh warga akan dilanda kekeringan dan saat kondisi semacam itu, kita memiliki pasokan air yang cukup untuk digunakan oleh warga.

Sumur Mual

Setelah kami menelusuri Sumur Telaga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Sumur Mual. Sumur Mual sendiri terletak di dekat masjid dan jalan raya dusun Sumur Mual. Nampaknya, dahulu kala, sumur ini dilihat sebagai sesuatu yang berharga oleh masyarakat, sehingga nama dusun ini pun diambil dari nama sumur tersebut. Sehingga dusun yang saat ini termasuk di wilayah Desa Pemenang Barat Kecamatan Pemenang yang, memiliki warga yang berjumlah ratusan kepala keluarga, dinamakan Dusun Sumur Mual.

Menyusuri Lokasi Sumur Mual

Sumur Mual ini memiliki perbedaan dengan Sumur Telaga, dimana sumur ini selalu digunakan sebagai media pengobatan. Menurut sejarah, air sumur ini dipercaya sebagai obat segala penyakit. Mitosnya adalah air dari sumur ini akan keluar ketika warga memiliki hajat dan keinginan baik sebagai obat dan lain sebagainya dan harus dibarengi dengan ritual pengambilan air. “Saya sebagai orang sumur mual awalnya tidak percaya dengan mitos tersebut, tetapi mitos itu benar adanya”, Ujar Pak Kadus.

Dahulu ada salah satu warga Dusun Sumu Mual namanya ibu Marhamah pernah melaksanakan ritual pengambilan air sebagai obat di sumur ini. Karena pengambilan air tersebut membutuhkan ritual, tentu saja membutuhkan piranti-piranti seperti bunga, sirih, koin logam, rokok pilit dan lain sebagainya yang kemudian disebut dengan sesajen. Kumpulan sesajen itu diletakkan di sumur tersebut lalu dibacakan doa, setelah itu dimulai penggalian. Penggaliannya tidak terlalu dalam, hanya diusap oleh tangan airnya langsung keluar. Airnya tidak habis-habis. Semakin diambil, airnya tetap keluar. Airnya akan berhenti keluar ketika ritual tersebut berakhir.

Pak Kadus pernah mendengar sebuah cerita bahwa dulu ada warga yang sakit. Perutnya besar seperti orang hamil, tetapi itu bukan hamil melainkan penyakit. Karena penyakit tersebut tidak kunjung sembuh, salah satu warga berinisiatif mengambil air dari Sumur Mual untuk memandikan orang yang sedang sakit tersebut. Setelah dimandikan dengan air itu, beberapa hari kemudian warga yang sakit tersebut langsung sembuh dari penyakitnya. Selain warga dari dusun Sumur Mual yang menggunakan air sumur sebagai obat, warga dari luar dusun juga kerap kali mengambil air dan memanfaatkannya sebagi obat.

“Waktu itu, ada warga dari dusun Telok Nare punya penyakit benjol-benjol di sekujur tubuhnya, datanglah keluarganya ke sumur mual untuk mengambi air dari sumur. Setalah airnya diambil, ia pun dimandikan. Selang beberapa hari kemudian penyakit benjol-benjolnya pecah satu persatu”, tutur Pak Kadus.

Lokasi Sumur Mual

Selain itu juga, warga hindu maupun budha sering mengambil air dari Sumur Mual. Biasanya sebelum air sumur diambil, dilakukan ritual mengelilingi sumur dengan diiringi gendang beleq. Mendengar cerita Pak Kadus waktu itu, selain unik, nampaknya keberadaan Sumur Mual sebagai salah satu situ yang penting menjadi salah satu jejak peradaban yang kemudian menghubungkan antara satu agama dengan agama lainnya.    

Muhammad RusliAuthor posts

Avatar for Muhammad Rusli

Muhammad Rusli (Oka) lahir di Saudi Arabia 1994. Sejak tahun 2014 bergabung dan menjadi anggota pasirputih sampai saat ini. Pada tahun 2016 dipercaya untuk memegang program Bioskop pasirputih. Lalu pada tahun 2017, dipercaya untuk memegang program festival rakyat Bangsal Menggawe sampai saat ini. Selain itu juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kesenian baik di kancah lokal maupun nasional. Pada tahun 2016, Oka residensi di program Village Video Festival yang dinisiasi Jatiwangi Art Factory. Pada tahun yang sama, Oka mengikuti festival film ARKIPEL (Internasional Documentary and Experimental Film Festival) yang diinisiasi oleh Forum Lenteng Jakarta. Tahun 2017 menjadi seniman video Makassar Biennale. Ditahun yang sama kembali mengikuti kegiatan Festival Film ARKIPEL (Internasional Documentari and Experimental Film Festival) yang diinisiasi Forum Lenteng Jakarta. Tahun 2019 menjadi kameraman dan editor dalam penggarapan Film Hikayat Dayan Gunung yang disutradarai Muhammad Sibawaihi. Di tahun 2020 menjadi salah satu partisipan di Academy ARKIPEL. Ditahun yang sama, merilis film The Song Of Guru Ali Kolaborasi sutradara denga Alya Maolani. Tahun 2021 menjadi salah satu narasumber di fetival film yang diinisiasi kawan-kawan komunitas Gulung Tukar. Menjaadi narsum di MOVIE TALK SINEAS LOKAL yang diinisiasi oleh kawan-kawan jurusan komunikasi di Universitas Mataram. Selain itu juga menjadi salah satu seniman video bersama Hamdani dan Muhammad Sibawaihi di Pameran yang bertajuk “Afirmasi Krisis” Cemeti Institut.

Comments are disabled.