Skip to main content

Saat aku duduk di berugak sekenem Pasirputih sembari menunggu kedatangan Mi Tarja. Kami memang sudah janjian dari jauh hari akan mengunjungi salah satu musisi legend di Pemenang Lombok Utara. Puk Kartanah kami memanggilnya. Beliau tinggal di Dusun Kr. Baru, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. 

Seketika hujan reda, Mi Tarja pun datang menghampiri dan menyuruhku naik motornya untuk menuju ke rumah Puk Kartanah. Kurang lebih tiga menit kami dalam perjalanan. Tibalah kami di depan gerbang rumahnya. Dari kejauhan aku melihat sosok orang tua sedang tiduran di berugak ditemani anak serta cucunya.

Aku bergumam dalam hati, ‘’Apakah ini Puk Kartanah?’’.

Seketika itu aku pun  menghampiri sosok orang tua tersebut lebih dekat dan langsung duduk di berugaknya. Seketika duduk, Mi Tarja mengatakan ‘’Inilah Puk Kartanah’’.

Puk Kartanah (kanan) dan Mi Tarja (kiri) sedang berdiskusi di berugak

Saat itu, Puk Kartanah tidak mengenakan baju, rambut putih, bulu alis putih, sekelilingnya banyak bantal dan selimut di tambah lagi ketika berkomunikasi dengannya, suara kami harus dibesarkan agar beliau mendengarnya. Kami pun bersalaman dan memperkenalkan diri. Sembari memperkenalkan diri, Mi Tarja menjelaskan maksud dan tujuan kami datang mengunjunginya. Setelah mendengarkan maksud kami, Puk Kartanah cukup semangat dan langsung bercerita dari awal beliau menggemari musik hingga memainkannya. 

Sebelum bercerita, Puk Kartanah meminta cucunya untuk mengambilkan gambus dan biolanya. Setelah gambus dan biola di tangannya, Puk Kartanah memulai ceritanya. Begini ceritanya. Sejak 1945 saat itu Puk Kartanah masih berusia muda. Puk Kartanah sudah mulai mendengar dan belajar musik gambus bersama teman-temannya di Pemenang. Masa-masa awal tersebut, memang grub musik gambus sudah ada di Pemenang yang diketuai oleh almarhum Maman Sitah. Grup musik tersebut dinamakan grup musik Gambus Baring-Baring. Masa-masa awal, Gambus Baring-Baring cukup popular di tengah-tengah warga. Akan tetapi populernya grup musik ini mulai tidak terdengar lagi ketika Maman Sitah wafat. Dimulai dari sanalah Gambus Baring-Baring cukup lama vakum di tengah-tengah warga.

Karena cukup lama vakum, dan warga Pemenang saat itu kangen dengan grup musik tersebut, salah seorang personil Gambus Baring-Baring  yang bernama Pak Dahri (alm) mengajak Pak Abar (alm) dan pak Artar (alm) untuk kembali membangkitkan grup musik gambus tersebut. Selama proses dan obrolan ketiganya tersebut, akhirnya mereka mencari dan mengajak kembali Puk Kartanah melanjutkan grup musik Gambus Baring-Baring. Saat mencari puk Kartanah, ketiga orang tersebut masing-masing membawa alat musik seperti penting, biola, gendang dan lain-lain. Maksud mereka membawa alat musik tersebut, untuk memberikan semangat kepada puk Kartanah agar bersedia memainkan dan membangun kembali grup musik gambus baring-baring. Nah sejak itulah, Puk Kartanah dan tiga orang tersebut memulai latihan dan berproses terus-menerus agar musik gambus enak di dengar oleh pendengar.

Proses latihan mereka saat itu, mereka  akan berlatih di sana sini, dari tempat ke tempat yang lain, dari rumah ke rumah. Proses tersebut terus di jalaninya sampai alat musik gambus dekat dengan diri mereka. Lalu, berawal dari proses latihan yang terus menerus itulah, akhirnya pada tahun 1980-an, Puk Kartanah bersama tiga orang personil tersebut kembali membangun grup musik yang mereka beri nama Gambus Keser Baring-Baring generasi kedua. 

Mereka pun semakin semangat sembari menutup kekurangan-kekurangan dalam komposisi aransemen lagunya. Dalam evaluasi yang mereka lakukan, Puk Kartanah merasa masih ada yang kurang pada komposisi musiknya. Puk Kartanah pun mencari personil lain yang bernama Pak Jumli (alm). Pak Jumli spesialis memegang alat musik piul (biola). Masuknya alat musik piul tersebut, membuat Puk Kartanah dan temannya yang lain semakin semangat melakukan proses latihan. Latihan terus menerus dilakukan akhirnya permainan instrumen dan aransemen dirasa cukup. 

Walaupun instrumen dan aransemen dirasa cukup, Puk Kartanah masih merasa ada yang kurang. Berinisiatif Lah puk Kartanah untuk mencari pemusik spesialis piano. Karena Puk Kartanah punya banyak kerabat musisi, tidak susah untuk Puk Kartanah mencari personil baru. Muncullah nama Pak Amid (alam). Puk Kartanah pun memanggil Pak Amid untuk gabung bersama grub musik Gambus Keser Baring-Baring. Tidak lama pak Amid berpikir, ia pun langsung mengiyakan dan berlatih. Selain Pak Amid, Puk Kartanah masih merasa gelisah. Dalam pikirnya harus ada vokalis di grup musik ini agar puk Kartanah fokus untuk memainkan alat musik gambusnya (gerutunya). Karena kegelisahannya tersebut, Puk Kartanah memanggil pak Ismail sebagai personil spesialis vocal. 

Semakin malam obrolan kami cukup menarik. Akan tetapi obrolan kami pun terjeda sejenak saat anak Puk Kartanah membawakan kami teh untuk menemani obrolan kami di atas berugak. 

Ketika teh di depan kami, Puk Kartanah melanjutkan ceritanya. Setelah personil Gambus Keser Baring-Baring generasi kedua ini terbentuk dan Puk Kartanah merasa cukup dari segi instrumen dan aransemen. Salah seorang warga mengadakan syukuran perkawinan dan mengundang grub musik ini untuk memeriahkan dan menghibur masyarakat di acara gawe pernikahan. Setelah mereka menerima undangan gawe tersebut, Puk Kartanah optimis dengan mengatakan “ini kesempatan kita membumingkan kembali musik gambus,” ujarnya waktu itu.

Keesokan harinya, ketika gawe warga tersebut dimulai. Mereka pun bergegas mendatangi gawe warga tersebut sambil mempersiapkan segala sesuatunya untuk memainkan musiknya. Kurang lebih sepuluh menit akhirnya mereka pun mulai memainkannya. Sontak warga saat itu menikmati alunan musik yang disajikan oleh Gambus Keser Baring-Baring Generasi kedua. Tidak jarang warga yang mendengarkan musik ini langsung ikut bernyanyi dan berjoget.  Aku pu memberanikan diri menanyakan lagu yang dimainkan waktu itu “lagu apa saja yang dinyanyikan, Puk?” tanyaku. Karena sudah cukup lama, Puk Kartanah lupa lagu-lagu yang pernah dinyanyikan waktu itu. Aku pun bergumam, “Iya iyalah lupa, udah lama”. 

Obrolan kami pun terjeda lagi. Seketika hening di temani rintik hujan. Bunyi hujan itu pun cukup berirama karena atap rumah Puk Kartanah dan warga sekitar menggunakan spandek dan seng.

Puk Kartanah sedang memainkan biolanya

Karena obrolan hening kami cukup lama, mulailah Puk kartanah memainkan alat musik gambusnya. Ketika Puk Kartanah memainkannya, sontak kami mengabadikan momen tersebut dengan merekam dan memotret puk Kartanah. Ketika Puk Kartanah memainkan musik gambusnya, saya langsung membayangkan skill dan aksi manggung Puk kartanah waktu muda dahulu. Karena puk Kartanah merasa tidak nyaman main sendirian, akhirnya Puk Kartanah memanggil cucunya yang bernama Angga untuk menemaninya memainkan gamhusnya. Angga memang saya sudah kenal dari dari tahun 2017. Saat itu sekretariat pasirputih masih di Dusun tempat tinggal Puk Kartanah. Angga sering main-main ke pasirputih dan selalu membawa alat musik gambus serta memainkannya. 

Puk Kartanah dan Angga pun mulai bermain. Angga membawa biola dan Puk Kartanah membawa penting gambus. Cukup hening dan nikmat malam itu. Saya merasa ini kesempatan berharga dapat menyaksikan Puk Kartanah memainkan musiknya.

“wah ini momen berharga saya,” gumamku. 

Kurang lebih lima menit Puk Kartanah dan Angga memainkan musiknya. Puk Kartanah pun melanjutkan ceritanya dan mengungkapkan kegelisahannya. Masa-masa dahulu memang pengalaman yang sangat indah baginya. Ketika mereka selalu di undang di gawe-gawe warga. Ada warga yang syukuran, pernikahan, khitanan, ngurisan dan lain lain. Mereka selalu hadir. Selain itu juga, mereka cukup terkenal dan banyak penggemar. Ceritanya sambil Puk Kartanah ketawa. Ia pun melanjutkan. Sekarang teman-teman seusianya sudah meninggal semuanya. Apalagi dia sekarang sudah tua. Puk Kartanah mengunkapkan kegelisahannya bagaimana caranya membangkitkan kembali musik gambus tersebut. Dari kegelisahaan itulah, alasannya kenapa Puk Kartanah selalu mengajak cucunya yang bernama Rizal untuk mengikuti setiap latihan dan pementasannya. Tujuannya adalah agar nanti Rizal punya pengalaman dalam memainkan musik gambus. Sembari melatih cucu-cucunya tersebut.

Puk Kartanah mengenal salah satu musisi yang cukup muda di Pemenang bernama Madun. Puk Kartanah pun berkolaborasi dengannya. Mereka membuat lagu dan  album bergenre gambus melayu dan berbahasa sasak. Bersama Madun, Puk Kartanah membangun kembali grub musik gambus yang mereka beri nama Gambus Keser Daya Bersinar. Gambus ini cukup terkenal dan populer. Setiap acara gawe maupun konser selalu tampil. Penggemarnya cukup banyak, tidak hanya di seputaran Pemenang saja, tetapi se Lombok Utara bahkan sampai Lombok Barat, Kodya Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Timur. 

Setelah melihat lagu serta penggemar cukup banyak. Berinisiatif Lah mereka untuk melakukan rekaman sekaligus membuat video klip yang di kasetkan. Mereka memilih untuk dikasetkan, karena cukup bisa membantu dan membumingkan gambus serta punya potensi dari segi ekonomis. 

Setelah Puk Kartanah, Madun dan teman-temanya menyetujui hal tersebut. Akhirnya Madun meminta bantuan kepada Pak Wahid untuk membantu rekaman dan pembuatan video klip. Beberapa bulan kemudian, video klip itu pun jadi. Penjualan kaset berjalan lancar dan booming (bisa di lihat lagu-lagunya di Youtube kanal pasirputih). 

Gambus pertama puk Kartanah

Grup musik yang dibangun Puk Kartanah dan Madun cukup lama mengudara di kancah permusikan Lombok Utara. Satu persatu personilnya menikah dan bekerja. Karena hal tersebut, grup musik ini kembali vakum cukup lama. Melihat hal tersebut, kembalilah puk Kartanah gelisah. Akan tetapi, kegelisahannya saat itu tidak berlarut-larut. Puk Kartanah melihat nyawa musik gambus tersebut masih sama. Kepercayaannya kepada Rizal (cucunya) sudah tidak diragukan lagi. Rizal masih bisa diandalkan untuk membawa musik gambus bernapas lebih lama lagi. Karena alasan itulah, Puk Kartanah pun menginisiasi sebuah musyawarah untuk membahas masa depan permusikan gambus di Pemenang. Saat itu hadir personil musik gambus generasi ketiga. Dalam musyawarah tersebut, Dipercayailah Rizal untuk terus melanjutkan musik gambus ini. 

Setelah diberikan tanggung jawab tersebut oleh senior-seniornya, Rizal pun cukup semangat dan membawa amanah cukup besar dari senior-seniornya. Rizal pun mulai blusukan ke sana kemari untuk mencari teman-teman musisi yang sprekuensi dengan dirinya. Dalam perjalanannya yang cukup intens. Akhirnya ia menemukan dan mengumpulkan teman-teman musisi tersebut dan membuat grup musik yang dinamakan Gambus Temoq Girang. Grup ini menjadi penerus dari perjalanan gambus generasi pertama sampai ketiga. Gambus Temoq Girang ini pun tidak kalah booming seperti grup gambusnya terdahulu. Selalu diundang di acara gawe, orkes, acara kebudayaan, acara komunitas, dan lain-lain. 

Gambus Temoq Girang mempunyai personil anak muda. Kisaran usia mereka antara siswa kelas 3 Sekolah Menengah Pertama sampai kelas 3 Sekolah Menengah Keatas. Saat aku bertemu Rizal di sebuah berugak, aku bertanya padanya. “Kenapa mencari personil yang lebih muda dari kamu?”. Ia pun menjawab “beginilah cara Puk Kartanah mengajariku dahulu. Aku selalu ikut kemanapun dia pentas sekaligus belajar di setiap latihan mereka. Hingga sampai saat ini aku bisa menularkan ilmu yang puk Kartanah berikan padaku,” jawabnya saat itu. 

Dari atas kesadaran itulah Rizal mengajak personil yang lebih muda dari nya agar napas musik gambus ini bisa lebih lama. Karena personilnya muda-muda, jadi bingkaian atau pendekatan musiknya disesuaikan dengan mereka. Walaupun musiknya remix, keaslian musik gambus generasi awal mereka tidak dilupakan. 

Malam pun semakin larut. Dingin sudah menyengat ke badan. Puk Kartanah pun sudah akan beristirahat. Akhirnya kami memutuskan untuk pamit dan pulang untuk beristirahat. Kami berpesan pada Puk Kartanah, “Sehat selalu puk, Kami akan ingat pengalamannya,” ujarku saat salaman dengannya.